.


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Pages

Selasa, 17 Mei 2011

Bibik dan Telefon



Telefon pertama
Penelefon (X) : Helloooo…. Apakah ini kediaman En Harun Salim Bachik..??
Bibik (Y) : Maaf Salah nombor..ini kediaman keluarga Tuan Syed Mahmud…

Telefon ke -2
Penelefon (X) : Helloooo……Apakah ini kediaman En Harun Salim Bachik..??
Bibik (Y) : Maaf, salah dail ni, encik..!! ini kediaman keluarga Tuan Syed Mahmud. (jawabnya kesal)

Telefon ke -3
Penelefon (X) : Helloooo….
Bibik (Y) : Eeeh..Lagi2 kamu!!.. Awas ya!! Walau saya cuma pembantu, tapi saya bisa laporin kamu ke polisi..!! (marah sangat dah ni!)
Penelefon (X) : Apakah ini kediaman keluarga Tuan Syed Mahmud..??
Bibik (Y) : Aduuuh.. maaf2 yaaa…, tadi soalnya ada beberapa kali salah sambung. Mau cari siapa tuan.??
Penelefon (X) : Harun Salim Bachik….
Bibik (Y) : ??!!@#@$!! (sambil usap2 dada)

Telefon ke -4
Penelefon (X) : Helloooo…..
Bibik (Y) : Kurang ajaaar..!!! Kamu punya nyawanya berapa hah!!!
Penelefon (X) : Saya Syed Mahmud…..
Bibik (Y) : Aduh..!!! Maaf tuan! sorry sekali, tadi ada orang gila telpon! ada perintah apa tuan.??
Penelefon (X) : Segera panggil En Harun Salim Bachik..!!
Bibik (Y) : Hah..!…. (pengsan)

Selepas 10 minit kemudian setelah tersedar dari pengsan,

Telefon ke -5
Penelefon (Z) : Hallooooo….. (suara berbeza berbanding panggilan2 terdahulu)
Bibik (Y) : (Oh ini suaranya lain…). Mau cari siapa tuan..??
Penelefon (Z) : Ini kediaman keluarga Tuan Syed Mahmud??
Bibik (Y) : Iya betul….
Penelefon (Z) : Saya Harun Salim Bachik… , tadi ada orang cari saya???
Bibik (Y) : ??@#$%^??… (terkejang!

Selasa, 10 Mei 2011

Foto Satelit ‘Black Hole’ Bumi di Meksiko


Pulau dikelilingi lubang berbatu yang dalam, membuat perairan di atasnya tampak gelap.

Pulau Holbox dikelilingi lubang berbatu yang dalam sehingga membuat perairan di atasnya tampak sangat gelap. (thelemapro.com)

- Korea Multi-purpose Satellite 2 atau Kompsat-2, mengambil foto Holbox, sebuah pulau dengan panjang 42 kilometer yang terpisah dari daratan utama Meksiko oleh sebuah laguna.

“Pulau itu dikelilingi lubang berbatu yang dalam sehingga membuat perairan di atasnya tampak sangat gelap,” sebut juru bicara European Space Agency yang bekerjasama dengan misi Kompsat-2, seperti dikutip dari Space.com, 15 April 2011.

“Dalamnya lubang dan gelapnya perairan membuat pulau tersebut diberi nama Holbox, yang dalam bahasa Maya berarti black hole atau lubang hitam,” ucap juru bicara tersebut.
Berikut foto pulau Holbox yang diambil oleh satelit Kompsat-2 yang dipublikasikan di Space.com:

Pulau Holbox sendiri berada di pertemuan antara samudera Atlantik, teluk Meksiko, dan Karibia. Pertemuan perairan ini membuat kawasan itu kaya akan nutrisi sehingga sangat mendukung kehidupan laut.

Pantai pasir putih yang masih terjaga keasriannya yang ada di sekeliling pulau itu juga menjadi kawasan penting bagi perkembangbiakan penyu dan lebih dari 500 spesies burung.

Perairan dalam di sekeliling lubang hitam milik planet Bumi itu juga kaya akan plankton dan menjadi rumah bagi lumba-lumba, sejumlah spesies hiu, dan juga hiu paus, ikan terbesar di planet ini.

2030, Sampah Luar Angkasa Naik 3 Kali Lipat


Kini, kawasan di antara ketinggian 700 kilometer sampai 1300 kilometer terdapat jutaaan puing-puing berukuran mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa meter. (AP Photo/NASA)

VIVAnews - Dalam sebuah konferensi, William Shelton, pimpinan US Air Force Space Command mengungkapkan kekhawatirannya seputar bertambahnya jumlah sampah luar angkasa buatan manusia.

“Angkanya terus meningkat. Sekarang ini sudah lebih dari 50 negara yang terlibat dalam eksplorasi ruang angkasa,” kata Shelton, seperti dikutip dari Space, 10 Mei 2011. “Saat ini, lebih dari 20 ribu benda tak terpakai berada di ruang angkasa,” ucapnya.

Saat ini, kata Shelton, pihaknya terus memantau secara rutin pertumbuhan sampah-sampah ruang angkasa. “Melihat tren pertumbuhannya, diperkirakan angka itu akan naik tiga kali lipat pada tahun 2030,” ucapnya. “Padahal, kemungkinan jumlah sampah itu 10 kali lebih banyak karena sensor yang kami punya saat ini tidak mampu melacak seluruh sampah yang ada,” ucap Shelton.

Yang mengerikan, sebut Shelton, benda-benda yang menjadi sampah tersebut sangat berbahaya. “Mereka bisa merusak sistem luar angkasa militer, sistem luar angkasa sipil, satelit komersial, dan lain-lain,” ucapnya. “Tak ada yang kebal dari ancaman yang ada di orbit saat ini,” kata Shelton.

Menurut Marshall Kaplan, pakar puing-puing ruang angkasa dari Space Department, Johns Hopkins University, sampah luar angkasa yang berada di orbit rendah bumi telah terakumulasi sejak 50 tahun belakangan. Penambahan terakhir adalah, sisa-sisa pengujian Anti-Satellite (ASAT) milik China pada tahun 2007.

“Satu uji coba ini telah meningkatkan jumlah objek puing-puing sekitar 35 persen,” kata Kaplan. “Parahnya, lokasinya berada di ketinggian 865 kilometer, kawasan terpadat di mana satelit umumnya mengorbit,” ucapnya.

Kasus lain, pada Februari 2009, satelit Iridium 33, satelit komunikasi milik AS bertabrakan dengan Cosmos, pesawat ruang angkasa Russia yang sudah tidak terpakai, di ketinggian yang serupa dengan uji coba ASAT milik China. Akibatnya, pecahan puing-puing makin berserakan.

“Hasil dari peluncuran satelit selama 50 tahun terakhir serta dua kejadian tersebut, kini kawasan di antara ketinggian 700 kilometer sampai 1300 kilometer terdapat jutaaan puing-puing berukuran mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa meter,” ucap Kaplan.

Sayangnya, kata Kaplan, pertumbuhan jumlah sampah ini tidak bisa dibalik. Upaya pembersihan ruang angkasa akan menjadi terlalu mahal. “Saat ini tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita tidak punya dana yang cukup, teknologinya belum ada, dan belum ada kerjasama. Tidak ada yang ingin membiayai upaya itu,” ucap Kaplan.

Kaplan menambahkan, pembersihan luar angkasa merupakan ‘industri yang terus tumbuh’ namun tidak ada yang ingin mengerjakan. “Selain itu, secara politik, itu juga tidak menguntungkan,” ucapnya. (eh)

Kamis, 05 Mei 2011

Bukti-Bukti Kehidupan Awal Bumi Ada di Bulan


Saat Bumi dibombardir asteroid dan meteor banyak material dan bebatuan terlempar ke bulan.
Kamis, 5 Mei 2011, 08:01 WIB
Batu-batuan yang berasal dari planet Bumi terlempar ke Bulan saat asteroid membombardir Bumi dan inner planet (planet paling dekat dengan Matahari) lainnya. (starryskies.com)

VIVAnews - Mengetahui bagaimana kehidupan dimulai di planet Bumi adalah salah satu target utama ilmu pengetahuan. Sejumlah peneliti asal Inggris memiliki teori baru. Mereka yakin kunci untuk mengetahui misteri bentuk kehidupan awal di Bumi justru berada di bulan.

Peneliti menyebutkan, batu-batuan yang berasal dari planet Bumi terlempar ke bulan saat asteroid membombardir Bumi dan inner planet (planet paling dekat dengan Matahari) lainnya.

Sebagai informasi, sekitar 4 miliar tahun lalu, terjadi fenomena hujan meteor yang disebut sebagai Late Heavy Bombardment. Ketika itu, planet Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars dihujani oleh ribuan asteroid dan meteorit yang menghantam permukaan planet.

Fenomena sangat mengerikan yang berlangsung selama 300 juta tahun itu memiliki efek beragam pada planet-planet yang ketika itu masih muda, salah satunya adalah pelontaran miliaran ton material dari permukaan planet ke luar angkasa.

Pada kasus Bumi, sebagian material itu kemungkinan berhasil tiba di Bulan. Hipotesis ini sangat masuk akal, mengingat di kutub selatan Bumi pernah dijumpai meteorit yang terbukti berasal dari planet Mars.

Untuk itu, sangatlah mungkin berasumsi bahwa planet-planet terdalam saling bertukar material saat Late Heavy Bombardment. Demikian pula dengan Bumi dan Bulan yang juga saling bertukaran material.

Menurut sejumlah pakar dari University of London Birkbeck College School of Earth Sciences, material milik Bumi itu telah mendarat di Bulan dengan mulus sehingga memungkinkan tanda-tanda biologis tetap tersimpan dengan baik.

Dikutip dari Softpedia, 5 Mei 2011, tim peneliti yang diketuai oleh Ian Crawford dan Emily Baldwin menyebutkan, tanda-tanda biologi itu justru tidak akan mampu bertahan di Bumi karena besarnya dampak tumbukan meteor, erosi akibat angin dan hujan, aktivitas volkanik, gempa bumi, dan penguasaan habitat oleh spesies makhluk hidup lain.

Dalam sejumlah simulasi komputer, tim peneliti menunjukkan sebongkah material yang terpental ke arah Bulan akibat tumbukan asteroid pada bumi akan mendarat di permukaan Bulan dengan kecepatan 2,5 kilometer per detik atau kurang. Dengan temperatur yang ada di Bulan, tidak ada bagian dari material itu yang mendekati tekanan puncak yang mengakibatkan material itu meleleh.

Sayangnya, teori baru ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah sampai manusia kembali pergi ke Bulan, mengumpulkan sampel bebatuan dari sejumlah lokasi, dan membawa pulang ke Bumi untuk dianalisa secara mendalam. Namun, melakukan penelitian seperti itu akan memberikan kita pengetahuan yang luar biasa akan sejarah kehidupan di planet Bumi. (adi)

Selasa, 03 Mei 2011

Bayi Lubang Hitam Ini Bisa Melahap Bumi
Lubang Hitam itu diperkirakan berjarak sekitar 50 juta tahun cahaya dari Bumi
Selasa, 16 November 2010, 14:01 WIB
Renne R.A Kawilarang
Gambar supernova suatu galaksi dari pantauan telekop NASA (AP Photo / NASA)
VIVAnews - Para astronom baru-baru ini menemukan fenomena di luar angkasa, yang mereka yakini sebagai lahirnya suatu "Lubang Hitam" hasil dari ledakan suatu bintang (supernova) lebih dari 30 tahun lalu. Lubang itu sangat rakus dan menelan apa yang ditemui, termasuk benda luar angkasa sebesar Bumi.

Demikian ungkap Avi Loeb, seorang astrofisikawan dari Universitas Harvard yang bekerjasama dengan Badan Antariksa AS (NASA), Senin 15 November 2010. Loeb mengungkapkan bahwa kemunculan Lubang Hitam itu hasil dari ledakan suatu bintang yang pertama kali ditemukan pada 1979.

Ledakan itu cukup besar untuk menimbulkan suatu lubang hitam. Tim astronom meyakini itu sebagai Lubang Hitam karena konstan melumat sisa-sisa bintang yang meledak. Itulah ciri-ciri Lubang Hitam, menghisap apa saja yang ada di depannya.

Menurut Loeb, dalam 30 tahun terakhir sejak supernova, bayi Lubang Hitam ini telah menelan benda yang massanya setara dengan Bumi. Menurut kantor berita Associated Press (AP), temuan Loeb dan rekan-rekannya ini dipublikasikan dalam suatu makalah yang dimuat di jurnal "New Astronomy."

"Dia [lubang hitam itu] ibarat pemakan planet dalam film 'Star Trek,'" kata ahli astrofisika dari NASA yang juga rekan Loeb, Kimberly Weaver, seperti dikutip AP. Lubang hitam itu begitu padat sehingga tidak ada unsur apapun - termasuk cahaya sekalipun - yang bisa lolos.
 
Dengan menggunakan pantuan teleskop milik NASA, Chandra X-Ray, dan teleskop-teleskop lain, Lubang Hitam itu diperkirakan berjarak sekitar 50 juta tahun cahaya dari Bumi dan terletak di salah satu galaksi Virgo, demikian menurut laman harian The Los Angeles Times.  

"Lubang Hitam ini berukuran sekitar lima kali lebih besar dari matahari kita dan bintang yang meledak yang memunculkan benda itu kemungkinan 20 kali lebih besar dari matahari kita," kata Dan Patnaude, peneliti dari Harvard.

Dengan situasi saat ini, Lubang Hitam yang bernama ilmiah SN 1979C itu bisa membesar dua kali lipat dalam 40 juta tahun mendatang. "Benda ini memakan sebanyak yang dia bisa...mirip dengan remaja atau anak kecil," kata Patnaude. Tim peneliti yakin bahwa benda yang mereka temukan itu kemungkinan besar adalah Lubang Hitam.
Dalam ilmu astronomi, benda kosmik ini bukanlah sebuah lubang dalam arti harafiah, tetapi merupakan sebuah wilayah di mana hampir semua unsur tidak dapat lolos karena memiliki gaya gravitasi yang sangat besar.